Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan K3 di PT Atlas Bandung Ice




Disusun oleh:
Anissa Ilmiyanti (1005194)
Gina Rosginasari (1000774)
Tania Fauzia Iqbal (1000551)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012

- - - - - -

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk meningkatkan  produktivitas kerja karyawan, di samping itu K3 adalah hak asasi setiap tenaga kerja. Dalam rangka perkembangan industri di suatu negara, masalah besar yang selalu timbul adalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan dampak negatif industri terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan khususnya masyarakat disekitar industri dan pemerintah pada umumnya (Bennett N.B.S, 1995:2).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peralatanserta cara kerja disetiap organisasi baik perusahaan kearah penggunaan peralatanmaupun cara kerja yang semakin canggih. Sumber Daya Manusia sebagai salahsatu unsur dalam proses produksi disamping dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan diri juga diharapkan mewaspadai pemanfaatan unsure lainnya berupa peralatan kerja yang lebih dianggap canggih dan modern. Mekanisme cara-cara kerja dengan peralatan yang canggih tidak selalu membawa keuntungan dan kemudahan bagi pekerja melainkan tidak jarang juga membawa musibah, kecelakaan, penyakit dan bahkan kematian bagi penggunanya (ILO,1989:9).
Dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan pencegahan kecelakaan dijelaskan bahwa perusahaan wajib melindungi keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada tenaga kerja tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, alat pelindung diri, yang diharuskan dalam tempat kerja, alat pelindung diri bagi tenaga kerja serta cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1989:29).
Pada perusahaan es batu juga K3 sangat di perhatikan bagi keselamatan para pekerjanya. Hal ini ditandai dengan adanya JAMSOSTEK bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan. Tetapi pada perusahan PT Atlas Bandung Ice kecelakaan sangat kecil terjadi karena proses produksinya sebagian sudah menggunakan mesin. Pekerjanya hanya sebagai operator mesin saja.

B.           Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Penerapan K3 di PT Atlas Bandung Ice?
b.      Bagaimana proses produksi  es batu di PT Atlas Bandung Ice?
c.       Apa sajakah resiko bahaya yang mungkin terjadi selama proses produksi tersebut?
d.      Bagaimana mencegah dan menanggulangi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di PT Atlas Bandung Ice?

C.          Tujuan Penulisan
a.       Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
b.      Mengetahui profil industri PT Atlas Bandung Ice dan penerapan K3 di sana.
c.       Menganalisa resiko bahaya yang mungkin terjadi di PT Atlas Bandung Ice.
d.      Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di PT Atlas Bandung Ice.



--------------------------

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah “ suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur”. Kecelakan dapat terjadi di berbagai tempat. Terdapat tiga kelompok kecelakaan, yaitu kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di rumah, dan kecelakaan akibat kerja di perusahaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Menurut WHO dan ILO, K3 adalah suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat hubungannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja atau pekerja. Secara umum, penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).
Perusahaan yang baik harus melaksanakan manajemen K3 dengan baik untuk menjamin keselamatan karyawannya serta meminimalisir peluang terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan perusahaan. Contoh dari manajemen perusahaan adalah:
a.         Perusahaan melakukan evaluasi pendahuluan tentang karakteristik perusahaan sebelum dimulai oleh orang terlatih untuk mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan untuk membantu memilih cara perlindungan karyawan yang tepat.
b.        Memberikan pelatihan untuk karyawan sebelum diijinkan bekerja.
c.         Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan secara berkala misalnya setahun sekali dan pada saat karyawan berhenti bekerja.
d.        Memberikan demonstrasi kepada karyawan tentang pentingnya pemakaian APD dan pentingnya keselamatan kerja.
e.         Melaksanakan penatalaksanaan yang teratur dan baik.
f.         Memberikan sanksi kepada karyawan yang melanggar aturan, misalnya karyawan yang tidak memakai APD.
Hazard adalah suatu potensi bahwa dari suatu urutan kejadian akan timbul suatu kerusakan atau dampak yang merugikan. Perlindungan karyawan melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan, dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan. Sehingga pihak manajemen akan mengambil kebijakan untuk melindungi pekerja itu dengan mengurangi sumber bahaya atau pun dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). APD merupakan suatu kewajiban di mana biasanya para pekerja diwajibkan penggunaannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikin harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.



---------------------------------

BAB III
HASIL PENGAMATAN

A.          Profil Industri
PT Atlas Bandung Ice merupakan industri yang menghasilkan produk es batu yang higienis, berlabel MUI, dan aman untuk dikonsumsi. Industri ini berdiri sejak bulan Desember 2010.
PT Atlas yang terdapat di Jalan Mekar Raya Kavling 37, Gedebage, Bandung ini merupakan salah satu cabang perusahaan Atlas yang berpusat di Malaysia. Di Indonesia sendiri, terdapat kurang lebih 18 cabang perusahaan Atlas, dengan cabang Bali sebagai cabang terbesar di Indonesia.
PT Atlas Bandung Ice memiliki sekitar 60 pegawai yang mencakup Operational Manager, Bidang HRD, bidang administrasi, 10 orang pegawai produksi, office boy, dan driver. Seluruh pegawai terdaftar dalam asuransi Jamsostek yaitu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. JPK adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif. 

B.           Proses Produksi Es Batu
Proses produksi di PT Atlas Bandung Ice dilakukan dengan dua shift yaitu shift pertama pada pukul 05.00-13.00 dan shift kedua dimulai pada pukul 13.00-21.00. Setiap shift dipimpin oleh seorang kepala produksi atau kapten yang memimpin 4 orang lainnya. Setiap shift menghasilkan rata-rata 18 ton es sehingga setiap hari, PT Atlas Bandung Ice dapat menghasilkan 36 ton es dengan kapasitas maksimum 50 ton es per hari.
Proses produksi dimulai ketika air mengalir ke cooling tower hingga keluar dari mesin dalam bentuk es. Proses ini memerlukan waktu 45 menit. Setelah 45 menit, es akan keluar dari mesin selama 4 menit dan kemudian para pekerja produksi akan mengemasnya secara manual selama 15-45 menit. Kemudian siklus produksi kembali dimulai. Begitu seterusnya hingga satu shift selesai, atau sekitar 8 jam.


  




Diagram Alir Proses



Penjelasan Diagram Alir:
Air yang digunakan dalam pembuatan es adalah air yang diambil dari mata air pegunungan yang sebelumnya sudah lulus uji laboratorium. Air tersebut secara berkala dikirim ke pabrik produksi. Air tersebut disimpan di dalam tangki penampungan yang pada saat produksi akan dialirkan melalui pipa menuju cooling tower. Pada cooling tower, air didinginkan dengan kipas raksasa yang terdapat pada dasar cooling tower. Setelah itu, air yang telah dingin dialirkan menuju mesin pembuat es. Air yang telah dingin diterjunkan dan dibekukan menjadi es batu dengan bantuan gas amoniak. Proses pembekuan air menjadi es batu tersebut berlangsung selama 45 menit. Setelah 45 menit alarm dari mesin pembuat es akan berbunyi, kemudian dimulailah proses defrost atau pengeluaran es dari mesin pembuat es. Es yang keluar sudah berbentuk tube (tabung) yang kemudian ditampung dalam wadah yang memiliki dua saluran yang berbeda, yaitu saluran yang langsung mengeluarkan output dalam bentuk tube ice atau es tabung dan saluran menuju mesin serut es untuk output dalam bentuk es serut. Es yang keluar dari masing-masing saluran kemudian dikemas. Es batu yang sudah dikemas kemudian disimpan dalam cold room hingga waktunya dikirim ke tempat tujuan. Tempat-tempat yang menjadi tujuan diantaranya restoran, pabrik pembuatan baso, rumah sakit, hotel, dan lain-lain.

C.          Workplace Layout

Lantai workplace selalu basah oleh tetesan-tetesan air dari es. Untuk mengurangi genangan air yang ada, karyawan menggunakan pendorong air saat genangan air dirasakan sudah terlalu banyak.
Di lantai workplace yang selalu basah tersebut, terdapat beberapa kabel yang menyentuh lantai. Untuk mengurangi peluang korsleting listrik, pihak manajemen selalu mengecek keutuhan kabel dan mengganti kabel saat ada yang rusak. Di workplace tersebut terdapat sebuah fire extinguisher berukuran sedang. Selain itu, di beberapa dinding workplace banyak terdapat petunjuk penggunaan alat.
Pencahayaan pada workplace cukup pada siang hari, karena workplace terbuka, hanya dinaungi atap. Sedangkan pada malam hari menggunakan penerangan.


D.          Alat Pelindung Diri yang Dipakai Tenaga Kerja
Pada proses produksi es di PT Atlas Bandung Ice, setiap karyawan produksi harus memakai:




a.             Sarung tangan karet
Pemakaian sarung tangan karet bertujuan untuk mencegah slip pada tangan yang dapat mengakibatkan kantung es lepas dari pegangan dan tumpah.
b.            Masker
Pemakaian masker bertujuan untuk mengurangi interaksi langsung dari pernafasan ke lingkungan maupun dari lingkungan ke pernafasan. Masker ini berguna untuk menyaring debu atau partikel-partikel kecil yang mungkin dapat terhirup ke dalam tubuh. Selain itu, masker ini juga berguna untuk menghambat terpaparnya udara oleh mikroorganisme dari dalam tubuh.
c.             Plastic Apron
Plastic apron berguna untuk mencegah baju karyawan terkena basah dari es maupun terkena kotoran lain.
d.            Sepatu Boots
Pemakaian sepatu boots bertujuan untuk mencegah slip pada lantai karena lantai pada workplace selalu basah oleh tetesan air dari es.
Akan tetapi, tidak semua karyawan produksi menggunakan APD yang ditentukan saat produksi berlangsung. Selain dari pengawasan yang kurang ketat, karyawan menganggap karena proses produksi yang sederhana, tidak perlu selalu memakai APD.

---------------------------

BAB IV
PEMBAHASAN

A.          Analisa Bahaya pada Setiap Tahapan Pengolahan

Pengadaan Air
Pada tahap pengadaan air, bahaya fisik yang dapat terjadi adalah kecelakaan lalu lintas selama pengangkutan air dari sumber air menuju pabrik es batu. Unsafe action pada kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh beberapa factor yaitu:
1.            Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja
a.    Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah
b.   Kepekaan panca indra terhadap sesuatu
2.            Kurang pendidikan
a.    Kurang pengalaman dalam mengendarai kendaraan
b.   Kurang terampil
3.            Mengangkut beban yang berlebihan
4.            Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.
Sedangkan unsafe condition disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1.            Kendaraan yang digunakan tidak sesuai dengan standar
2.            Jalan yang dilalui rusak
Bahaya psikologis yang dapat timbul saat proses pengangkutan air adalah stress saat mengemudi karena tuntutan waktu pendistribusian atau karena jam kerja melebihi batas.

Penampungan Air
Pada tahap penampungan air, pekerjaan dilakukan secara otomatis oleh selang sehingga peluang terjadi kecelakaan kerja kecil. Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi adalah terpeleset jika air meluap atau menetes ke lantai. 

Pengaliran Air
Proses pengaliran air dari tanki penampungan ke cooling tower dan ke mesin pendingin dilakukan secara otomatis. Pekerja hanya menekan tombol yang ada pada mesin sehingga kecil peluang terjadi kecelakaan kerja.

Freezing
Proses pembekuan menggunakan teknologi mesin modern tetapi efek samping dari mesin tersebut adalah timbulnya kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin pada saat proses produksi. Sehingga dapat menganggu pendengaran para pekerja.

Pengeluaran Es dari Mesin Es
Proses pengeluaran es dari mesin dilakukan secara otomatis langsung ke tempat penampungan, sehingga peluang terjadinya kecelakaan kerja sangat kecil.

Penampungan Es
Es yang keluar dari mesin secara otomatis akan langsung masuk ke tempat penampungan es. Tetapi untuk memasukan es pada mesin serut  dan mesin yang langsung di packing harus di lakukan secara manual oleh pekerja dengan pipa. Kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi adalah pekerja terjatuh dari tangga pada saat pekerja memasukan es ke mesin serut akibat dari tangga yang dipijaki tersebut licin.

Packing
Packing dilakukan dengan dengan cara menginjak pedal yang terhubung dengan sealer. Plastic es disisipkan pada sealer dan dipegang ujungnya dengan jari saat pedal diinjak sealer menjepit plastic sehingga pada tahap ini ada resiko bahaya yakni jari bisa saja terjepit oleh sealer yang panas.

Penyimpanan
Penyimpanan es di simpan dalam cold room pada suhu -50 C. pada tahap ini pekerja mengalami perubahan suhu yang ekstrim dari suhu normal menjadi suhu -50C sehingga menimbulkan peluang terjadinya gangguan kesehatan terutama untuk para pekerja baru dan belum terbiasa.

B.           Analisis bahaya di Workplace
Lantai workplace selalu basah oleh tetesan-tetesan air dari es ataupun dari es yang jatuh pada saat dilakukan packing. Untuk meminimalisir kemungkinan terjatuh atau terpeleset, pekerja mengurangi genangan air yang ada menggunakan pendorong air yang terbuat dari karet saat genangan air dirasakan sudah terlalu banyak. Pekerja juga diwajibkan menggunakan sepatu boots.
Di lantai workplace yang selalu basah tersebut, terdapat beberapa kabel yang menyentuh lantai dan terdapat beberapa sambungan listrik terbuka yang mudah dijangkau. Untuk mengurangi peluang korsleting listrik, pihak manajemen selalu mengecek keutuhan kabel dan mengganti kabel saat ada yang rusak. Di workplace tersebut tersedia sebuah fire extinguisher berukuran sedang. Selain itu, di beberapa dinding workplace banyak terdapat petunjuk penggunaan alat meskipun tidak banyak terdapat petunjuk mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam proses pembuatan es batu, mesin pembuat es menimbulkan kebisingan yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pendengaran pekerja.
Pencahayaan pada workplace cukup pada siang hari, karena workplace terbuka, hanya dinaungi atap. Sedangkan pada malam hari menggunakan penerangan.

C.          Analisis Kelengkapan APD
Pekerja di PT Atlas Bandung Ice mengenakan APD yang diperlukan untuk mencegah peluang terjadinya kecelakaan seperti sarung tangan, masker, dan plastic apron. Akan tetapi, pekerja tidak mengenakan earplug untuk mengurangi efek negative yang ditimbulkan oleh kebisingan mesin pada saat memproduksi es batu. Hal ini dapat saja menyebabkan terjadinya kesalahan komunikasi antar pekerja pada saat produksi berlangsung dan kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan pendengaran pekerja dalam jangka waktu lama.

D.          Penanggulangan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja
Untuk mencegah peluang terjadinya kecelakaan kerja, para pekerja diwajibkan menggunakan APD lengkap, teliti, dan waspada terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk mencegah kecelakaan kerja akibat korsleting listrik, baik pekerja maupun pihak manajemen secara berkala mengecek keadaan kabel dan mengganti kabel yang rusak serta menutup atau melindungi sambungan listrik terbuka. Pekerja harus mentaati peraturan serta standard operational procedure (SOP) yang berlaku. Oleh karena itu, pihak manajemen sebaiknya memberikan informasi yang cukup mengenai peraturan-peraturan kerja dan SOP tersebut. Selain itu, sebaiknya dilakukan analisis mengenai potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dan mencari cara pencegahan yang baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.

-------------------------------

BAB V
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Menurut WHO dan ILO, K3 adalah suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat hubungannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja atau pekerja. Secara umum, penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).
Perusahaan yang baik harus melaksanakan manajemen K3 dengan baik untuk menjamin keselamatan karyawannya serta meminimalisir peluang terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan perusahaan.
PT Atlas Bandung Ice menerapkan manajemen K3 diantaranya dengan:
1.      Mewajibkan setiap pekerja produksi memakai APD seperti sarung tangan, masker, plastic apron, dan sepatu boots untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
2.      Untuk mencegah terjadinya korsleting listrik atau kecelakaan kerja akibat listrik, pihak manajemen secara berkala mengecek keadaan kabel dan mengganti kabel yang rusak.
3.      Menyediakan fire extinguishe untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran dan sebagainya.
4.      Memiliki SOP dan memberikan asuransi Jamsostek yaitu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan kepada seluruh karyawan. JPK adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan.

B.           Saran
Pihak manajemen sebaiknya memberikan informasi yang cukup mengenai peraturan-peraturan kerja, SOP, dan memberikan  pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara berkala agar para pekerja selalu waspada dalam menjalankan pekerjaannya. Selain itu, sebaiknya dilakukan analisis mengenai potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dan mencari cara pencegahan yang baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.

 ----------------------

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments1